Beriman Di Tengah Pandemi Covid-19
DOI:
https://doi.org/10.55606/lumen.v1i1.30Keywords:
Dampak Pandemi Covid-19; Ekaristi Online; Pengalaman Akan Allah; Kehadiran Allah Eksistensial; Semarang.Abstract
Penelitian ini menelaah pandemi Covid-19 yang menjadi peristiwa dari kehidupan umat manusia di dunia dalam tiga tahun ini. Pemerintah meminta para kepala daerah kabupaten dan kota untuk membuat langkah-langkah strategis mengurangi penyebaran Covid-19. Pembatasan gerak dan mobilitas segera dibuat. Kebijakan untuk bekerja, belajar dan beribadat dari rumah telah dikeluarkan. Seluruh aktivitas keagamaan yang menimbulkan kerumunan segerak ditutup. Gereja yang semula identik dengan persekutuan umat mendadak hilang dan tidak tampak. Gereja sepi dengan aktivitas, termasuk perayaan ekaristi. Situasi itu menimbulkan macam-macam perasaan, tanggapan dan refleksi umat atas kondisi yang terjadi. Kecemasan dan kekuatiran terjadi. Dalam kegiatan keagamaan, imam dan umat juga mengalami kemandegan dalam berkegiatan. Tiba-tiba muncullah tradisi perayaan Ekaristi secara online, suatu perayaan yang diadakan dari gereja dan kemudian dihubungkan dengan chanel youtube, sehingga umat dari tempatnya masing-masing bisa mengikuti perayaan ekaristi tersebut secara online. Ada pergulatan sendiri untuk memaknai pengalaman iman mereka. Apakah Tuhan sungguh hadir dalam perayaan yang diselenggarakan secara online? Gambaran Tuhan yang seperti apa yang terbangun dalam diri umat beriman di masa pandemi ini? Apakah kecemasan di masa pandemi ini melulu pengalaman psikologis seseorang atau juga pengalaman spiritual? Melalui pendekatan survey, studi ini menunjukkan bahwa kecemasan dan ketakutan yang muncul di masa pandemi Covid 19 sungguh merupakan pengalaman eksistensial sebagian besar umat beriman. Pandemi bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga menyatakan seluruh keberadaan hidup mereka di hadapan Tuhan. Tuhan dirasakan hadir sebagai yang tetap mengasihi dan melindungi. Pengalaman doa menjadi kekuatan umat untuk menjalani hidup di masa pandemi. Perayaan Ekaristi online walaupun menyimpan kekurangan tetapi tetap memberi kekuatan dan bekal rohani dalam kehidupan umat. Mereka tetap merasakan kehadiran dan campur tangan Tuhan. Oleh karena itu beriman di tengah pandemi menjadi suatu pengalaman unik bagi setiap orang beriman.
References
Buku
Benedictus XVI. (2005). Deus caritas est. Jakarta: Dokpen KWI
Hardjawiyata, Frans (1993). Kehidupan devosional. Yogyakarta: Kanisius.
Hontong, Sehfat A. (2020). Tuhan ada dalam badai ini. Yogyakarta
Komisi Kateketik KAS. (2012). Peradaban cinta kasih. Yogyakarta: Pohon Cahaya.
Laksana, Bagus. (2020). Dari fatalisme ke spiritualitas dan solidaritas. Dalam Virus, manusia dan Tuhan. Jakarta: ICRS dan KPG
Lucado, Max (2021). You are never alone. Light Publishing
Martasudjita, E. (1999). Pengantar liturgi. Yogyakarta: Kanisius.
Martasudjita, E. (2013). Pokok-pokok iman Gereja. Yogyakarta: Kanisius.
Putranto, C. (2019). Dihimpun untuk diutus. Yogyakarta: Kanisius.
Schenker, Jason. (2020). Masa depan dunia setelah Covid-19. Tangerang: Pustaka Alvabet.
Suharyo, I. (1998). Pemahaman dasar kitab suci. Yogyakarta: Kanisius.
Uskup Regio Nusra. (2007). Katekismus Gereja Katolik. Ende: Nusa Indah.
Jurnal
Firmanto, A.D. (2021a). WhatsApp Group Sebagai Ruang Percakapan Pastoral di Masa Pandemi Covid-19. Dunamis – Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 6 (2), 480-495.
Firmanto, A.D. (2021b). Katekese Virtual kepada Korban Bencana Alam di Masa Pandemi Menurut Model Berteologi Kosuke Koyama. Religious (Jurnal Studi Agama-agama dan Lintas Budaya) 5 (2), 255-270.
Goodman, B. (2020). Faith in a time of crisis, https://www.apa.org/topics/Covid-19/faith-crisis.
Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M., Herikurniawan, H., ... & Yunihastuti, E. (2020). Coronavirus disease 2019: Tinjauan literatur terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), 45-67.
Utami, M. S. (2012). Religiusitas, koping religius, dan kesejahteraan subjektif. Jurnal psikologi, 39(1), 46-66.
Xu, J. (2016). Pargament's theory of religious coping: Implications for spiritually sensitive social work practice. British journal of social work, 46(5), 1394-1410.