Tortor Somba: Kajian Teologis Ritual Kematian Saur Matua pada Masyarakat Batak Toba di Desa Tomok Parsaoran

Authors

  • Santa Jojor Banjarnahor Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Tarutung
  • Meditatio Situmorang Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Tarutung
  • Bestian Simangunsong Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Tarutung
  • Hanna Dewi Aritonang Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Tarutung
  • Benhardt Siburian Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Tarutung

DOI:

https://doi.org/10.55606/jutipa.v2i4.380

Keywords:

Tortor Somba, Death of Saur Matua of the Toba Batak Community, Theological Study.

Abstract

This paper discusses the theological study of tortor somba in the death ceremony of saur matua in the Batak Toba community. Tortor somba is believed to be able to realize the bond of brotherhood between those present in the death ceremony of a perfect person in kinship. The person is called saur matua, which means complete or perfect, namely a person who has had children and grandchildren, and has succeeded in life both socially and materially. Tortor somba is also believed to be a sign of respect, welcoming those who have a higher position, with this respect can receive blessings. The purpose of this study is to explore the meaning of tortor somba in the death ritual of saur matua in the Batak Toba community, as well as to determine the theological views on the death ritual of saur matua in the Batak Toba community. The research method in this researcher uses a qualitative research method with an ethnographic approach by conducting interviews with one of the village officials, three people representing the Batak Toba community, three traditional leaders, one HKBP Pastor, one GKPI Pastor, and one Catholic Tomok Pastor. The data was studied to examine theological studies regarding tortor somba in the saur matua death ceremony in the Toba Batak community.The results of the research show that the meaning of tortor somba in the Saur Matua death ceremony in the Toba Batak community is a form of pride, respect, and also gratitude. Tortor somba in death ceremonies is not only a child's form of respect for their deceased parents, but also to honor the spirits of ancestors or forefathers. This expression of respect is intended for ancestors. It is also important to provide new knowledge to the younger generation that tortor somba must be based on and illuminated by the word of God in order to maintain and respect culture, because if understood properly and correctly, religion and culture will complement each other.

References

A. Muri Yusuf. (2017). Metode penelitian kualitatif, kuantitatif, & penelitian gabungan. Jakarta: Kencana.

Akbar, I., & Kadir, E. (2022). Pergelaran Tor-Tor Sombah pada upacara adat kematian Saur Matua dalam tinjauan semiotika Peirce. Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni, 5(2), 99.

Ambarita, A., & Muharto. (2016). Metode penelitian sistem informasi: Mengatasi kesulitan mahasiswa dalam menyusun proposal penelitian. Yogyakarta: CV. Budi Utama.

B. A. Simanjuntak. (2006). Struktur sosial dan sistem politik Batak Toba. Jakarta: Yayasan Obor.

Bungin, B. (2017). Metodologi penelitian kuantitatif komunikasi, ekonomi, dan kebijakan publik serta ilmu-ilmu sosial lainnya. Jakarta: Kencana.

Christie, A. (2019). Benarkah surga itu ada? Yogyakarta: Charissa Publisher.

Damanik, D. W. P. S. (2021). Tortor Sombah: Proses transmisi tari pada masyarakat Simalungun. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta, 3.

Darmawati, D. (2017). Bentuk penyajian tortor dalam upacara kematian Saur Matua pada masyarakat Batak Toba di Kecamatan Parsaoran Kota Pematang Siantar. Sendratasik Unp, 6(1), 1-6. http://ejournal.unp.ac.id/index.php/sendratasik/article/view/8518/6539

Daulay, R. M. (2002). Kekristenan dan kesukubangsaan. Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen.

Eunike. (2021). Tinjauan teologis tentang tarian dan manfaatnya bagi pertumbuhan rohani. Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristiani, 3(1), 1.

Farrugia, E. G., SJ. (1995). Kamus teologi. Yogyakarta: Fakultas Teologi Wedabhakti Yogyakarta.

Griffioen, D. (2020). Towards a biblical theology of religion for this tome: Crux and possibilities. Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi, 1.

Hadi, S. (2005). Sosiologi tari. Yogyakarta: Pustaka.

Hanifah, N. (2017). Penelitian etnografi dan penelitian grounded theory. Jurnal Komunikatif, 6(1), 8.

Hapsarini, D. R., & Pige, Y. W. (2021). Pemahaman peserta didik tentang mandat budaya dalam Kejadian 1:28 terhadap kepedulian lingkungan. ELEOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen, 1.

Harvina. (2017). Dalihan Na Tolu pada masyarakat Batak Toba di Medan. Banda Aceh: Balai Pelestari Nilai Budaya Aceh.

Harvina. (2018). Tortor Sombah (tarian dari tanah Simalungun). Banda Aceh: Balai Pelestari Nilai Budaya Aceh.

Iksan, F. E. R., & Nur. (2022). Ritual. Malang: Media Nusa Creative.

Junita, E. S. (2016). Upacara kematian Saur Matua pada masyarakat Batak Toba (studi kasus tentang kesiapan keluarga) di Desa Purbatua Kabupaten Tapanuli Utara. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 3(1), 4.

Lumbantobing, D. C. (2022). Penghormatan kepada leluhur dan perannya dalam identitas umat percaya. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

Lumbantoruan, N. (2012). Kearifan lokal masyarakat Batak Toba. Medan: CV. Mitra.

Manihuruk, D. (2017). Bentuk penyajian tortor dalam upacara kematian Saur Matua pada masyarakat Batak Toba di Kecamatan Parsaoran Kota Pematang Siantar. E-Jurnal Sendratasik, 6(1) Seri B, 4-5.

Mursy, A. L. (2015). Eksplorasi makna laba dengan pendekatan etnografi. Jurnal Aplikasi Manajemen, 2(3), 55.

Nainggolan, T. (2012). Batak Toba: Sejarah dan transformasi religi. Medan: Bina Media Perintis.

Nictur, H. R. (1989). Tugas manusia dalam dunia milik Tuhan. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Njiolah, P. H. (2003). Misteri kematian manusia. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.

Noiman Derung, T. (2022). Makna tari tortor dalam perayaan ekaristi di Paroki St. Gregorius Agung Jambi. Jurnal Pendidikan Agama dan Teologi, 2(9), 1.

Pasaribu, R. H. (2003). Okultisme. Jakarta: PT Atalya Rileni Sudeco.

Purba, F. A. (2019). Makna simbolik Tor-Tor Sombah dalam upacara adat kematian Sayur Matua pada masyarakat suku Batak Simalungun. Jurnal Pengetahuan dan Penciptaan Tari, 15(2), 167-179. https://doi.org/10.33153/grt.v15i2.2427

Putri, A. S. (2021). Makna tarian dalam ibadah sebagai sarana pemulihan jiwa. Prosiding Pelita Bangsa, 1(2), 142-143.

Schreiner, L. (2012). Adat dan Injil. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Sihombing, E. W., Sinulingga, J., & Siahaan, J. (2021). Tradisi Mangalahat Horbo dalam upacara Saurmatua Etnik Batak Toba: Kajian kearifan lokal. Kode: Jurnal Bahasa, 10(4), 104. https://doi.org/10.24114/kjb.v10i4.30737

Simatupang, R. M. (2019). Bimbingan praktis Margondang dan Manortor adat budaya Batak. Jakarta Timur: PT Indossari Mediatama.

Sinaga, R. (2003). Umpasa, umpama dan ungkapan dalam bahasa Batak Toba. Jakarta: Dian Utama.

Sinaga, R. (2020). Meninggal adat Dalihan Natolu. Jakarta: Dian Utama.

Sinaga, S. D. F. (2012). Tortor dalam pesta horja pada kehidupan masyarakat Batak Toba: Suatu kajian struktur dan makna. Repositori Institusi Universitas Sumatera Utara.

Sitanggang, V. K. (2022). Makna tari tortor sebagai identitas masyarakat Batak Toba di Kabupaten Toba. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 2(1), 51.

Situmorang, J. (2021). Menyingkapi misteri dunia orang mati. Yogyakarta: Andi.

Sugiyono. (2019). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sujoko, A. (2008). Praktek sakramen pertobatan. Yogyakarta: Kanisius.

Summers, R. (2000). Kehidupan di balik kubur. Bandung: Lembaga Literatus Baptis.

Susilo, D. P. (2017). Tinjauan teologis konsep bangsa Israel tentang kematian. Manna Rafflesia, 4(1), 1-15. https://doi.org/10.38091/man_raf.v4i1.77

Tambunan, M. (1972). Kamus Bahasa Batak Toba - Indonesia.

Published

2024-09-27

How to Cite

Santa Jojor Banjarnahor, Meditatio Situmorang, Bestian Simangunsong, Hanna Dewi Aritonang, & Benhardt Siburian. (2024). Tortor Somba: Kajian Teologis Ritual Kematian Saur Matua pada Masyarakat Batak Toba di Desa Tomok Parsaoran. Jurnal Teologi Injili Dan Pendidikan Agama, 2(4), 261–284. https://doi.org/10.55606/jutipa.v2i4.380

Similar Articles

<< < 3 4 5 6 7 8 9 10 > >> 

You may also start an advanced similarity search for this article.